Dalam Halaman Lamgapang

jika cerita mulaikan tumbuh sebatang pohon
siapa berteduh di bawah cabang rimbun?
asam sunti, temurui, belimbing buluh
peracik kau itu lentik jemari
mengayuh sendok kayu memutar waktu
di belanga belanga lautan kerinduan
telah hidang siap diucapkan

lebih sembilan ratus kilometer jarak tempuh
dilangit aku berani mengukur lamunan
pada saat awan matahari mengadu warna
kau menari, bekali gigir desah nafas
dalam halaman ini
membawa langkah langkah ke balik arah
kerap kutengok rasa sakit itu
jangan tanya, mengapa putaran debu melangit
jauh sauh dari tanah dan air
dekat kecipak santan dan minyak

Jika mulainya dari sebatang pohon
ke dalamnya aku berhalaman
diam diayunan, merasakan derai dalam dada
walau tak harus engkau paham
bila lagi menari, hantam hantamlah telapak
agar kerinduan tak tepat tujuan
sebab kini segalanya hilang alamat
kecuali sebuah halaman di lamgapang.
( SERI PUISI PEMBURU BATU, pebruari, 2015, Bandaaceh)

No comments:

Post a Comment