Cerita Serial: Kalki Bagian 11

Bagian 11


    Orang-orang bermata nyamuk, begitu anak-anak kecil menyebutnya, saat serombongan Tentara Negara Kota memasuki Lounge Bandara Kota. Tak ada yang takut pada penampilan mereka, yang menutupi mata dengan kacamata berlensa inframerah, yang dimodifikasi sedemikian rupa; sehingga nampak trendy. Sebaliknya, yang tua-tua segera maklum, ada sesuatu yang tak beres di bandara dan semoga saja tidak akan mengundang terjadinya baku tembak. Sementara itu, suara informasi penerbangan terus menerus terdengar seolah tak peduli Tentara Negara Kota tengah mengadakan penyisiran, "perhatian…perhatian, pesawat superandroidsonic tujuan bandara kota, pangkalan demarkasi barat segera diberangkatkan. Ini adalah panggilan terakhir…"
    Sukurlah orang-orang bermata nyamuk itu hanya sebentar saja di dalam ruangan, lalu ke luar dengan langkah cepat. Namun tak cepat membuat orang-orang dapat kembali bersikap wajar, ketegangan masih bergayut di semua wajah. Hanya anak-anak yang masih menyimpan kagumnya  nampak dalam tatapan mereka yang berbinar tak lepas-lepas memandang ke  arah pintu.
    Mata nyamuk itu sungguh seksi dimata anak-anak, tetapi menggiris hati bagi yang mengerti. Dalam gelap sekalipun tentara bermata nyamuk itu akan dapat mencari orang yang dikejarnya; hanya dengan sensor DNA! Semua jejak akan didapati. Artinya, ada bukti yang membuat para tentara bermata nyamuk mengejar ke semua tempat, termasuk area public netral seperti bandara ini!
    Penyisiran terus menerus dilakukan oleh Tentara Negara Kota; semua yang menjadi wilayah area kota klaim panglima tentara negara kota dan atau yang menjadi batas pengelolaan harus disisir superteliti! Itu penjelasan resmi dari jubir Panglima Negara Tentara Kota di televisi dengan suara datar hingga terdengar mirip ucapan terbata-bata.
    Diterjunkannya pasukan khusus dengan mata inframerah itu pertanda telah ada kebijakan yang bersifat tak pandang bulu! Mendatangkan rasa cemas dan semua kaum paham sekali bahwa kerusuhan kota nampaknya akan lama dapat diakhiri.    Tetapi sebaliknya, di berbagai kesempatan, terutama di ruang public, kehadiran pasukan khusus itu justru menjadi perhatian yang menyenangkan bagi anak-anak dan kaum muda; mereka keranjingan menjepretkan kamera lalu mengedarkan potret di semua link bagaimana pasukan khusus itu saat melakukan penyisiran; kiriman potret itu dibuat sebagai spam fungky yang tiba-tiba muncul menyela informasi resmi, mau tak mau harus sejenak diperhatikan dan  mengundang komentar lalu jadi perbincangan dimana-mana dan setelah sangat menganggu barulah otomatis diskip!
    "Situasi sedang tak nyaman…Mohon maaf, kami hendak memindahkan rombongan anda ke tempat yang lebih aman…" Kembang Gaduh mengawali percakapannya, Patik Gurun mengangguk sedangkan Panda Gasing melengak dengan kerut di dahi. Hanya beberapa menit setelah dirinya mengkonfirmasi menyetujui permintaan Kembang Gaduh untuk bertemu, Kembang Gaduh telah muncul di hadapannya.
    "Beberapa menit lalu serangan telah terjadi, belum diketahui motiv dan identitas pelaku, namun prediksi intelejen menunjukan analisa yang sangat berbeda dengan yang selama ini beredar di berbagai link…" Jelas Kembang Gaduh dengan suara datar.
    Patik Gurun tak segera menanggapi, hanya memandang Kembang Gaduh dengan hati-hati, "kapan sebenarnya kami dapat bertemu dengan Sang Guru?" Tanyanya dengan suara pelahan.
    Kembang Gaduh menjawab lembut, tanpa mengubah irama suaranya, "perayaan panen kami belum usai, mohon dinanti di tempat yang lebih nyaman dari pada wisma tamu ini…"
    "Kemana kami akan dipindahkan?" Panda Gasing bertanya mirip bisik. Kembang Gaduh tersenyum, menjawab dengan cepat, "kendaraan androidhybrida kami akan membawa anda semua ke pondok yang lebih dekat dengan penduduk Kaum Gunung…"
    Patik Gurun mengangguk, "berilah kami keterangan, mengapa serangan tadi membuat kalian begitu waspada, bukankah kerusuhan area kota selalu membias namun bukan kita tujuan intinya…"
    "Analisa intelejen kami mengatakan, ada sejumlah informasi yang menyatakan bahwa penyerangan ini tak berkaitan dengan faksi perusuh area kota…"
    Wajah Patik Gurun sedikit berubah, "maksudmu, kamikah kemungkinan sasaran…" Tanyanya dengan dahi terangkat tinggi, perkataannya mengambang, wajahnya nampak menegang.
    "Belum kami pastikan, namun lebih baik kita berpindah…" Jawaban Kembang Gaduh membuat Patik Gurun menarik nafas, memandang Panda Gasing dengan sorot mata menikam tajam. Para pengawalnya segera bergerak mengikuti Kembang Gaduh.
    Tak lama kemudian terdengar suara deru tipis, geletarnya terasa di atap seperti angin kencang. Kendaraan androidhybrida adalah kapal terbang siluman, dalam lintasannya tak nampak oleh mata biasa, dapat menyaru meniru suasana sekitarnya, mirip sifat kulit bunglon, namun bahan-bahan pembuat pesawatnya melewati kualitas super titanium, ringan namun bandel.
    Tanpa banyak tanya lagi, segera rombongan Patik Gurun menuju anak tangga yang telah luruh dari atas; diluncurkan bagai undakan dari atas langit. Undakan itu sungguh menciutkan hati. Menaikinya pun seperti melewati undakan di udara, terasa aneh ditelapak kaki, gravitasi seakan bekerja dengan begitu kuatnya. Namun anehnya tubuh tetap stabil, tak sedikit pun ada ungkitan dalam pergerakan tubuh saat melangkah kaki menuju undakan di atasnya. Panda Gasing sedikit memucat menaiki tangga langit itu namun Patik Gurun justru dilanda ketakjuban. Kendaraan yang dikenalnya selama ini di seluruh permukaan bumi sebagai kendaraan super cerdas adalah sedan pribadinya; rupanya kendaraan kebanggaannya itu kalah jauh dengan pesawat androidhybrida.
    Saat semua penumpang telah dipastikan berada dalam pesawat. Kembang Gaduh segera mengirim signal khusus ke berbagai titik pengawas dalam jaring pertahanan Kaum Gunung. Evakuasi cepat semacam ini harus dilakukan dengan cermat. Serangan lanjutan dapat saja terjadi dan wisma tamu terlalu dekat dengan batas ring kewaspadaan dan biasanya akan jauh lebih merepotkan dalam mengatasinya; informasi yang paling valid, ada upaya penyerangan secara brutal terhadap Patik Gurun dan akan menjadi skandal apabila itu terjadi di area Kaum Gunung.
    Inilah penerbangan androidhybrida yang pertamakali dirasakan oleh Patik Gurun juga oleh yang lainnya. Pesawat siluman yang terkenal karena menggunakan bahan bakar dari biogas tinja; hanya pernah dibahas secara gencar setelah perang tinja dimenangkan oleh Kaum Gunung. Pesawat siluman ini pernah diminati oleh semua para penguasa militer, namun bahan bakarnya sangat sulit didapat hanya dimiliki oleh Kaum gunung! Sehingga kepopulerannya lenyap oleh waktu.
Bahwa Kaum Gunung di demarkasi timur telah mengembangkan pesawat siluman yang digunakan membawa prajuritnya memasuki titik-titik pertahanan kaum kota, sudah lama diketahui namun sungguh menarik, kehebatan pesawat itu tidak menjadi focus perhatian semua kaum yang selalu memerlukan penguatan pertahanan; kisah pesawat siluman itu mirip ilusi, tak banyak yang mempercayai akan kecanggihannya. Namun kini Patik Gurun berada dalam pesawat itu, merasakan kehebatan dan serasa berada dalam keajaiban; benar-benar bukan ilusi! Dan ia berusaha duduk dengan tenang menyembunyikan ketakjuban di balik kaca mata yang demikian gelap lensanya.
    Sedangkan Panda Gasing beserta para pengawal Faksi Gurun hanya terdiam, kehilangan hasrat untuk bicara. Betapa laju pesawat ini tak memberi guncangan sedikit pun bahkan ketika pemberitahuan dari pilot bahwa pesawat akan segera tiba di wisma utama, para penumpang tak merasakan bahwa pesawat telah melayang demikian cepat, melewati kecepatan supersonik.
    Ah, Patik Gurun menganggukan kepalanya, menyalami petugas yang mengatur penghantarannya ke wisma utama. Sungguh, hatinya takjub luarbiasa dan memahami mengapa Kaum Gunung disegani bahkan oleh para Tentara Negara Kota.
    Sementara itu, Kembang Gaduh harus mengkoordinasi suasana di camp pengungsian. Segala macam informasi tidak mudah dipilah dengan cepat. Delapan orang yang ditangkap belum memberi keterangan yang memadai, masih mengalami shock akibat kelumpuhan saraf. Informasi dari Larung pun sederhana sekali: Sandya Hening dan rombongannya masih bersantai di wisma Pondok Mati. Lalu desas-desus pengejaran oleh pasukan khusus Tentara Negara Kota ke semua area perkotaan justru semarak dengan berbagai komentar nakal bahkan dilengkapi dengan potret-potret yang spam yang lucu-lucu; disebarkan secara terus menerus oleh anak-anak muda yang sudah barang tentu, tak peduli bahwa kelakuan mereka mengganggu lajunya informasi.
    Kembang Gaduh menengadah menatapi langit; berusaha memikirkan, berusaha menerka-nerka apa sebenarnya yang tengah terjadi, apa sesungguhnya semua ini? Jika faksi perusuh kota itu dari separatis maka akan jelas terjadi perlawanan dari berbagai penguasa kota. Kalau itu dari internal sistem mereka, maka pihak penguasa kota tengah mengubah jalan keyakinan mereka, mereka memanipulasi kaum kota untuk kelanggengan kekuasaan faksi tertentu?
    Letupan di langit tiba-tiba membuat Kembang Gaduh tersentak. Kembali ada serangan di dekat demarkasi, kali ini pastilah Bom gas airmata. Segera tabletnya memberi laporan perubahan suhu dan arah angin. Benar dugaan Kembang Gaduh: Bom Gas airmata! Segera ring pembatas difungsikan, seluruh area kaum gunung segera tertutup oleh kabut. Bau aneh menyebar begitu tipis.
    Sedangkan saat itu, Patik Gurun tengah memasuki ruangan wisma utama yang kata Kembang Gaduh ada dalam area hunian kaum gunung! Dengan hati-hati seorang pengawalnya membuka jendela, Patik Gurun ingin melihat seperti apa wajah pedalaman area Kaum gunung; ah, hamparan ladang jagung menyambut tatapan matanya lalu di arah yang lain barisan bukit dan suara ternak yang tengah merumput menjerit sesekali ditimpali rincik air seakan bersahutan dengan deru angin yang menggesek pohon-pohon. Patik Gurun meminta jendela kembali ditutup sebab desir angin membawa rasa teramat dingin ke pori dan matanya.
    "Bapa, jika ingin mengetahui keadaan sekitar, profile kaum gunung dapat dilihat dari televisi mereka…" Seorang pengawal menunjukan fasilitas yang ada dalam wisma utama. Patik Gurun hanya mengangguk, melambaikan tangan ke arah Panda Gasing, agar mendekatinya, "kamu lihat sendiri, bagaimana kesigapan dan fasilitas yang dimiliki kaum gunung?" Begitu dalam suara Patik Gurun memulai pembicaraan. Panda Gasing mengangguk, dahinya berkerut samar, nampak sedikit rikuh.
    "Kamu paham kenapa aku ingin menemui Sang Guru?"
    Panda Gasing menunduk. Patik Gurun menghela nafas, wajahnya nampak berubah, hatinya kadang galau menghadapi Panda Gasing, yang tak pernah belajar dari pengalaman, "di gurun, pandangan kita terbatas. Kita merasa kitalah yang paling kuat, semua nomad kita kuasai, semua asset pertambangan kita yang dapat, tetapi kita tak memiliki banyak manusia pintar, kita mewarisi kesibukan peperangan dari semua leluhur, kita keturunan yang hingga kini tak pernah secara sungguh-sungguh selesai dari tradisi peperangan…"
    "Bapa…Aku mengerti, tapi kaum gunung memilih menerima Sandya Hening dibandingkan dengan kita…Padahal, sudah pernah kujelaskan melalui kurir kepercayaan Sang Guru bahwa pemimpin agung Kaum Putih adalah Bapa…"
    Patik Gurun menghela nafas, matanya menjentikan binar pengertian, "Iya, itu memang akan terjadi, sudah terjadi! Aku pemimpin Kaum Putih, tetapi semua faksi berkhianat dan bahkan melupakan kebaikan kita. Kita menyokong perekonomian mereka, namun mereka tak mau menganggukan kepala sedikit pun kepada kita…"
    "Sandya Hening yang memecah persatuan, lalu meninggalkan kampung kuilnya, karena takut semua faksi menyerbu ke sana…"
    Patik Gurun menggeleng,"kamu salah sangka persoalan ini…Sandya Hening dengan kampung kuilnya bukan faksi lemah…"
    "Bapa, kerusuhan kembali terjadi…" Tiba-tiba salah satu pengawal mengangsurkan tablet, menyela pembicaraan Patik Gurun dengan Panda Gasing, "kerusuhan di dekat demarkasi…Kaum nelayan mengirim pernyataan ancaman, karena yang terkena Bom Gas Airmata adalah truk-truk pengiriman ikan milik mereka…"
    Patik Gurun mengerutkan dahinya, "coba kontak Borus…katakan dari aku…" Perintahnya dengan dahi terangkat tinggi. Kaum Nelayan bukanlah tipe pemarah. Pasti terjadi sesuatu yang membuat Borus tersinggung, pikirnya penuh dugaan.
    "Link kaum nelayan mengalami hablur…"
Penghabluran adalah tanda tak mau dikontak dan itu adalah isyarat telah terjadi sesuatu yang membuat suatu kaum menutup diri dari kontak komunikasi.
    "Koordinat kerusuhan itu tepatnya dimana?" Disela keheningan Panda Gasing tiba-tiba berucap, dengan nada bertanya mirip kepada dirinya sendiri.
    "Di area demarkasi, di food hallnya…"
    Lalu Panda Gasing membuka tabletnya, wajahnya nampak tegang, kerudungnya bergerak-gerak. Patik Gurun sebaliknya, nampak tenang dan melangkah santai ke semua ruangan di wisma utama.
Sementara itu, di Gerbang Perbatasan, Kembang Gaduh melayangkan tubuhnya, bergerak cepat ke arah pos yang terletak di garis batas terdepan area Kaum Gunung. Firasatnya mengatakan serangan hebat akan tiba. Segera begitu kaki Kembang Gaduh menjejak di tangga pos pengawas, tanpa menghiraukan sapaan petugas jaga, diusapnya layar pemantau keadaan, semua tombol kendali diawasi oleh petugas-petugas terpilih, yang kewaspadaannya telah teruji.
    "Segera tembok pengungkit disiagakan!" Perintah Kembang Gaduh dengan suara tercekat.
Kabut makin menebal. Angin mendesir membagi rasa dingin. Hampir pasti jika saat itu melangkah memasuki jalan-jalan di area kaum gunung akan kesulitan melihat jalan dan arah, karena kabut tengah menutup semua celah pemandangan. Tetapi dengan mata nyamuk, musuh akan melihat sasaran dengan mudah dan tepat.
    Kembali percik api memedar di langit, menjatuhkan rintik api yang merembes dengan kemilau yang memecah kabut tebal menjadi pemandangan yang menyeramkan. Lalu suara mirip guntur terdengar bertubi-tubi, memekakan telinga dan memberi guncangan teramat hebat.
    Kembang Gaduh tersenyum dingin, dugaannya tepat. Segera ia memerintahkan serangan balik yang tepat sasaran; pelumpuhan ke area posisi penyerang, yang dibalas dengan serentetan tembakan cahaya yang bertujuan melumpuhkan! Target Kembang Gaduh adalah menangkap hidup-hidup pelaku penyerangan lalu mengintograsi untuk mendapatkan informasi yang paling memungkinkan buat memahami sebab-sebab kerusuhan kota.
    Namun sebelum pasukan khusus Kaum Gunung bergerak menangkap pelaku penyerangan yang telah dilumpuhkan, kembali tembakan beruntun dengan sinar biru melayang di langit, kembali menimbulkan percikan api yang menggetarkan langit. Rekasi Kembang Gaduh begitu dingin dan menekan sebuah kenop; maka perisai penahan serangan segera berkembang. Saat itulah dengan cepat pasukan khusus kaum gunung melayang dari balik-balik perisai , kecepatan lari dan kesigapan mengubah debu menjadi kristal menimbulkan pedaran biru menutupi semua tubuh saat terjadi pergerakan. Tak lama kemudian tablet Kembang gaduh bergetar: penyerang dapat diamankan dalam kondisi koma!
    Begitu pula di area Demarkasi situasi masih tegang, walau perusuh terhalau dengan cepat oleh pasukan Tentara Negara Kota, namun korbannya adalah tujuh truk penuh ikan milik Kaum Nelayan dengan sepuluh orang terluka; tersambar tembakan cahaya di bahu dan dada, yang mengakibatkan lumpuh di lengan dan  jatuh pingsan saat dievakuasi.
    "ketika zaman kali mencapai puncaknya, ketika lapar tak menemukan makanannya, para pemangsa pikiran menjadi nyata, saat itulah mari menyambut Kalki…"
    Kembang Gaduh menoleh, suara itu! Keluh hatinya begitu dekat, teramat dekat, seakan yang menyanyikan berdiri di jalan yang tertutup kabut tebal. Dengan tenang Kembang Gaduh mengusap layar pemantau; mencari datangnya arah suara. Hingga beberapa menit, tak ada signal menunjukan arah datangnya pengirim suara.     
    Pori-pori tubuh Kembang Gaduh tiba-tiba mengembang; aneh! Tak ada tanda layar pemantau, pengendali jejak mengalami gangguan. Petugas jaga yang tengah berkosentrasi dengan semua layar pengendali ditolehnya dan sungguh menakjubkan, sebab para petugas itu pun ternyata juga saling menoleh seolah membenarkan telah sempat mendengar suara nyanyian! Maka tanpa diperintah semua layar pencarian difungsikan, tujuannya mencari arah datangnya pengirim suara, namun hasilnya nihil.
    Sandya Hening!
    Kembang Gaduh terhenyak sejenak, pikirannya gemeretak, segera ia melesat, melayang diantara kabut, menerobos perisai yang terus melentikan percikan bunga api disebabkan serangan tembakan cahaya yang belum juga berhenti, membuat api merintik lebat bagai hujan dijatuhkan dari langit. Firasat itu, keluh hatinya, firasat itu. Betapa selalu terlambat dibaca…..

(BERSAMBUNG)

No comments:

Post a Comment