Cerpen: R A H I M

NAMA saya Nagari. Umur, tiga puluh tahun. Tanpa harus dijelaskan, saya sudah paham. Sore itu, sehabis mandi dan rambut saya masih basah, pintu kamar kontrakan saya diketuk berulang kali. Tiga orang lelaki dengan sorot mata sopan menjemput saya. Dari jip yang menanti di halaman, kemudian dari deru mesinnya yang tipis, tak kalah tipis dari udara sore itu, ditambah lagi tutur sapa mereka yang berat dan tegas, tanpa harus dijelaskan, saya paham apa yang tengah terjadi.

Mereka, tiga orang lelaki itu, membawa saya ke sebuah rumah. Sebuah rumah dengan lantai licin dan dingin. Lantai yang membentuk lorong panjang, membelah puluhan pintu-pintu kamar yang saling berhadapan. Kemudian langit-langitnya begitu tinggi dan bila melangkah atau berbisik, tembok-temboknya memantulkan kembali suara-suara bercampur desir yang aneh. Rumah itu mirip hotel tua yang sudah dipensiunkan. Udara yang bergerak di dalamnya terasa demikian uzur.

Selintas Mengenai Dramatisasi Puisi Dan Fragmentasi Puisi

Beberapakali ada yang bertanya kepada saya, apa sebenarnya dramatisasi puisi itu (?) dan apa bedanya dengan fragmentasi puisi (?) Kedua pertanyaannya itu muncul karena sudah lama di Bali, disebabkan beberapa kegiatan sekolah dan festival yang menyebutkan ajakan untuk melakukan suatu model pertunjukan dengan teksnya (baca naskah) berdasarkan sebuah puisi.

MBOK WAYAN

Hari itu Mbok Wayan, tetangga sebelah rumah sewaanku, bercerita bahwa ia harus meninggalkan segera pondoknya sebab pemilik tanah akan segera membangun villa! Cerita Mbok Wayan itu membuatku sungguh terkejut, begitu tiba-tiba, mendadak sekali. Dengan wajah murung, dengan suara datar seraya telunjuknya menusuk-nusuk kening, "pengeng tiang" Ucap Mbok Wayan berulangkali, sebab urusan pindahan dari pondoknya itu bukan perkara mudah. Disamping dua anak dan suami, ada beberapa ekor sapi, puluhan ekor ayam serta delapan ekor anjing kacang yang harus dipindahkan pula. Dan urusan pindahan itu tidaklah main-main, makin memusingkan karena dalam jangka dua minggu, pemilik tanah menegaskan; Mbok Wayan beserta keluarga plus semua peliharaannya harus sudah meninggalkan pondok itu.