Ditengah panggung diletakkan level kecil; kelir besar dipajang sebelah kanan-kiri panggung belakang. Musik terdengar bergemuruh. Pasukan Hastinapura tengah memasuki lapangan pertempuran; dari jauh nampak gagah dan percaya diri, teratur dan nampak siap berperang:
Surya candra
Sanghyang siwa budha
Tungtung langit nenuek patala
Bedha abedha
Sang Sangkara kangri
Sakyamuni ri maharemu….dst
(tembang dinyanyikan)
Dilayar mulai nampak barisan Candra Bherawa, namun sungguh mengejutkan seluruh pasukan Hastinapura sebab pasukan Negara diwantara tak bersenjata. Candra bherawa dengan langkah tenang memasuki titik tengah pertempuran. Semua pasukan Hastina bergerak menyerung.
Sadewa dan Nakula setengah ragu bertanya,"apakah kita akan menyerang musuh tak bersenjata dan maju sendirian? Ataukah ini tandanya mereka telah menyerah kalah?"
Krisna menyeru tegas,"Tidak, mereka tidak menyerah. Itu strategi Candra bherawa, berniat mengecoh hatimu, seranglah…"
Candra bherawa tersenyum, berada di titik tengah lingkaran serungan pasukan Hastinapura "Hai, krisna, apakah engkau lupa aku tak mati karena semua senjata?"
Nakula dan Sadewa serentak menyerang, pasukan hastina tetap menyerung dengan waspada, Nakula sadewa terhempas, luka oleh berbagai senjata mereka. Arjuna dengan cepat melepas senjata utamanya, api menyala-nyala,"kubakar engkau, agar tak membuat pasukanmu menanggung akibatnya, cukup kamu saja yang tak berbudi mati terbakar!"
Candra bherawa menyahut," hai, krisna lupa kau memberitahukan kepada arjuna, aku tak terbakar api, tak basah oleh air, tak terhempas angin, semua pancabhuta adalah asalku!"
Arjuna terhempas dan nyaris terbakar oleh api yang dikeluarkan senjatanya sendiri, Bima segera maju, merangsek, melilitkan tali keseluruh tubuh candra bherawa; lalu menyeretnya dalam lubang besar, menimbuninya dengan segala macam batu-batu besar dan berat. Candra bherawa tak tertimbun terus muncul berada di atas tumpukan batu-batu,"hai krisna, lupakan kamu, aku tak mati karena timbunan, tak tenggelam air, tak melayang karena angin…."
Bima tercengang, segera krisna maju,"Hai, engkau yang keras kepala, lihatlah siapa aku, jika dapat engkau membaca apa yang kuperlihatkan, engkau yang menang…"
Krisna mengubah dirinya dalam wujud yang mahaluarbiasa, isi semesta seakan berderak; namun candra bherawa dengan lembut menyapa,"apakah gunanya memperlihat isi semesta kepada mahluk bumi? Apakah gunanya memperlihatkan segala macam takdir lahir dan mati, jika hidup ini tak penuh utuh dalam kesadaran?"
Krisna melenguh murka kembali ke wujudnya semula, lalu membisikan kepada dharmawangsa,"majulah, lakukan taktik ini ajak dia bertaruh nyawa, barang siapa yang bisa mati lalu menghidupkan yang lain, maka dialah pemenangnya…."
Dharmawangsa mengangguk yakin, sudah dia yakini segala macam nasehat krisna yang menyebabkan dirinya memenangkan perang kuru. Maka dharmawangsa maju, "wahai, raja diwantara yang perkasa, marilah kita bukti perbedaan pendapat kita mengenai keyakinan kita, mari bertaruh hidup; barang siapa yang menghidupkan takdir kematian yang kita alami, maka dia pemenangnya; Aku akan meminta adikku arjuna memanahku, carilah atmaku…kembalikan ke dalam tubuh matiku, jika aku kembali hidup, engkau pemenangnya, kemudian sebaliknya lakukan pula seperti yang kulakukan, jika aku dapat menghidupkan engkau dari takdir kematian yang engkau pilih dengan jalanmu sendiri….engkau pemenangnya"
Candra bherawa tertawa kini, "ah, krisna…tipu dayamu aku paham, baiklah….lakukanlah hei putra kuru, lakukanlah…"
Maka gemuruh pasukan seketika lenyap; Arjuna segera melepas anak panahnya, dharmawangsa rubuh bagaikan tidur, mati seketika. Candra Bherawa dengan cepat melesat ke langit, segera menangkap atma dharmawangsa dan mengembalikannya ke tubuh Dharmawangsa yang nampak bagaikan tidur lelap. Segera Dharmawangsa terjaga, hidup kembali bagai sediakala. Tepuk tangan gemuruh terdengar, penghormatan diterima oleh Candra Bherawa, melingkari dan mengerumuni dharmawangsa, semua terkagum-kagum akan kehebatan Candra Bherawa.
"Nah, kini giliranmu….engkau tak mati oleh senjata apapun dengan cara apapun…." Ejek krisna merasa taktiknya akan memenangkan pertaruhan itu.
Candra Bherawa tersenyum, "lihatlah, krisna…." Pelahan api meletup dari dalam diri candra bherawa menghanguskan cepat seluruh tubuhnya, anehnya api itu tidak membakar sekitarnya bahkan rumput dan semut tak terbias oleh nyala api itu. Pasuka hastinapura mundur pelahan, takjub oleh kejadian yang mereka lihat. Namun hati mereka gemuruh dalam rasa takut, sebab bagaimanakah caranya menghidupkan manusia yang tubuhnya telah menjadi abu?
Krisna nampak tersentak, "segera kejar ke surga…segeraa" perintahnya kepada dharmawangsa; dengan segera dharmawangsa melayang mengejar hingga pintu surga. Dan ternyata di pintu surga tak ada tanda ada atma candra bherawa. Dengan sopan dharmawangsa meminta izin untuka memeriksa neraka lalu kembali memasuki surga, mencari-cari di semua tempat bahkan menemui satu per satu apsara apsari: tak ada yang melihat atma candra bherawa.
Gemetar krisna saat sadar bahwa dharmawangsa kalah," sudahlah, biarkan saja dia mati….buat apa dia dihidupkan?"
Dharmawangsa tertegun,’haruskah demikian? Bukankah perjanjian…"
"sudahlah…":sahut krisna dengan dahi berkerut, berpikir keras. Dharmawangsa segera bersemadi, memohon bantuan batara Siwa. Semua pasukan hastinapura melakukan hal sama, memohon bantuan siwa. Dalam hening munculah batara siwa dan membisikan dimana sesungguhnya candra bherawa berada.
APAKAH YANG AKAN DILAKUKAN DHARMAWANGSA, DAN SIAPAKAH PEMENANG PERTARUHAN NYAWA DALAM PERANG INI? tanggal 23 juli akan didapatkan jawabannya: pentas ini akan dilaksanakan oleh Bhumi Bajra, dikomandani oleh Dayu Ani dalam rangkaian karya agung ring Pura taman sari Budhakeling, pura peninggalan dang hyang astapaka.
No comments:
Post a Comment