Lalu Dimanakah Keberanian Sesungguhnya Berdiam (?)

semisal kita bercakap dalam keterbataan, namun hati adakah yang tahu, mungkin aliran sungai akan iri, tak terbendung kecipaknya dari hulu ke hilir. tapi biarlah percakapan menjadi ranting patah, kadang tak lepas dari cabangnya. semisal itu terjadi, lalu dada menjadi sesak antara hangat dan kenyerian, tak tahu mesti mengurai yang mana mesti dijelaskan. Apakah iya, aku pernah membencimu? ataukah diam dan membiarkan kediaman mendekatkaan, memandang bayangan yang jatuh, nafas yang tertahan, lalu dimanakah sesungguhnya keberanian berdiam? biarkan itu, biarkan meminang dan mencairkan jarak, menghancurkan sekat. semisal engkau di dekatku, membiarkan percakapan menjadi jauh dari rasa hati. maukah minum secangkir teh? atau bolehkah aku merokok di teras? dering telpon dan kerisauan, meminang diam itu kembali datang, membiarkan kita tahu: keberanian telah lenyap oleh keangkuhan...

No comments:

Post a Comment