Mungkin Engkau Bahagia

Mungkin kini engkau bahagia, ah, itu relatif. Bangkit dari rasa kehilangan, tetaplah tak membuat hati seketika nyaman. Seperti ranting patah, tak mungkin disambung utuh. Potong saja, biarkan ranting lain tumbuh dan barangkali akan lebih subur, daunnya akan rimbun, membuat hati jadi teduh. Mungkin jauh di dalam hati, engkau merindukan sebuah pertemuan, tempat bercerita tanpa beban, menangis ataukah mengeluh, bercerita tanpa dihakimi; tentang kelemahan diri, kekhawatiran akan kesendirian. Mungkin tak akan terpikirkan, sekelilingmu berbagai wajah yang memproklamirkan diri sebagai sahabat, yang barangkali bagai saudara, menyaksikan kesedihan, berbeda pendapat namun tetap dekat. Namun tak cukuplah itu, ada bagian dalam hati, yang tetap saja tak nyaman mengisahkan, betapa kepedihan itu terasa menyengat walau telah ditanam dengan pikiran yang rasional, perpisahan mungkin itu yang terbaik, kita kelak bisa menjadi teman atau sahabat, tetapi dibalik semua itu ada yang tergiris, yang sulit diungkapkan.

Bukan. bukan untuk kembali, itu kata hatimu. Tetapi berkisah dengan damai, duduk atau berbaring bercerita bebas dan mengakui, betapa kelemahan hati demikian menekan, hingga semua mengira engkau demikian kuat dan tangguh. Mungkin kini engkau bahagia, duduk dan hadir di depan banyak orang, tersenyum dan menyapa siapa saja penuh percaya diri, namun hatimu seperti mengundang angin, ada yang kosong saat desah dihembus, seperti sekat, membiarkan sesaat untuk membuat matamu mengkerut, mengabaikan ingatan, membiarkan diam itu menenangkan. Hingga hari usai..mungkin kini engkau bahagia karena semua mengira ranting itu telah tumbuh, berdaun rimbun, namun hatimu... entah, senyummu membuat bayangan, mungkin engkau bahagia..

No comments:

Post a Comment