nyanyikan lagu itu
mimpi telah pergi, ia tak lagi berdiam
lenyap permohonan
lenyaplah pula kelembutan.
nyanyikan segera! agar pohon besar tak meninggi
ibalah kepada langit
ibalah kepada bintang
satu lagu akan luruhkan daun-daunnya
biarkan di bawah ia tidur
biarkan lelap. biarkan lelap. mimpi akan tiba sesekali
rum membisu. sejak sajak itu dikirim. percakapan menjalin hati; aku bukan peramal. aku bukan penebak kata. yakin aku, berkali-kali ia nyatakan, ingin mengajakku kencan. sempat aku bimbang. sempat pikiran liar tepikan wajah kekasihku.petualangan itu menujumku. hingga mata sulit terpejam. tapi kini ia mencuri semua mimpi. kejujuranku pisau tajam.lukai aku. Maka biarkan puncak pohon itu gapai langit. para pencuri kelak berlompatan.
biarlah langit sepi sendiri.
isi tamannya dipetik duka cita
raung itu melukai hati, siapapun ia yang ucapkan
pernah kurindukan
siapa yang akan menjarah langit?
rum membiarkan isak menjatuhkan gerimis. ia ingin aku seperti impian. menjadi apa saja yang ia mau. rahasia hanya bicara kepada rahasia. meledak mimpi itu. serpihnya menghambur ke semua penjuru.beberapa menancap di dada. jerit itu tak perlu nyanyian. bukankah kau telah tetapkan. peta jalan rahasia. tanda-tanda yang tak mudah dibaca. walau ada pelita. jangan mudah percaya.bila tersesat. siulkan satu nada. kau kehilangan keteguhan. pohon yang meninggi itu beranting banyak. namun satu ekor burung pun tak berani singgah.
rum mengurai ingatan. sajak itu sajak cinta. percakapan-percakapan itu adalah ajakan.peta itu menyesatkan. bimbanglah hati; aku tak miliki kuasa. kukisahkan kepada kekasihku tentang mimpi yang menggetarkan. sorak sorai membuat jantung berdetak. aku merasa di atas angin. pohon itu pastilah tumbang. gerimis yang khianati pandangan. membiarkan satu cabang tumbuh. hatiku digayuti kerinduan yang asing. berkali kutebas. sampai ia katakan; semua mimpi meledaklah! bangunlah kisah, biarkan menjadi dongeng.
nyanyikan lagu itu. Segera nyanyikan
sebelum guntur berganti petir
jangan kilat sempat silaukan lelapmu
ia tak terduga.jemarinya menjentikan satu sisa akar di hatimu. kelak tumbuh walau keangkuhanmu akan mengatakan; kau tak rindukan ia. tetap tumbuh ia. walau semua percakapan terhenti. putaran ingatan telah disisipi kehangatan yang tak mudah kau pahami.
nyanyikan segera. sebelum meledak semua mimpi.
rum mendesah. menyongsong serpih ledakan.lesatan menancap didadanya. jerit sedih burung-burung membisukan malam. kisah apa yang mesti kau dongengkan. peta itu menyesatkan. tak akan membuktikan; kau dan ia pernah miliki percakapan. rum mendesah. memilih bisu. pijar terakhir di langit meratap. memanggil gerimis. rum diam saat langit dijarah! satu ranting itu patah, melesak memasuki dadanya. saat rum ingin menepis. hatinya telah patah….
(batu bulan, cok sawitri, 2009)
mimpi telah pergi, ia tak lagi berdiam
lenyap permohonan
lenyaplah pula kelembutan.
nyanyikan segera! agar pohon besar tak meninggi
ibalah kepada langit
ibalah kepada bintang
satu lagu akan luruhkan daun-daunnya
biarkan di bawah ia tidur
biarkan lelap. biarkan lelap. mimpi akan tiba sesekali
rum membisu. sejak sajak itu dikirim. percakapan menjalin hati; aku bukan peramal. aku bukan penebak kata. yakin aku, berkali-kali ia nyatakan, ingin mengajakku kencan. sempat aku bimbang. sempat pikiran liar tepikan wajah kekasihku.petualangan itu menujumku. hingga mata sulit terpejam. tapi kini ia mencuri semua mimpi. kejujuranku pisau tajam.lukai aku. Maka biarkan puncak pohon itu gapai langit. para pencuri kelak berlompatan.
biarlah langit sepi sendiri.
isi tamannya dipetik duka cita
raung itu melukai hati, siapapun ia yang ucapkan
pernah kurindukan
siapa yang akan menjarah langit?
rum membiarkan isak menjatuhkan gerimis. ia ingin aku seperti impian. menjadi apa saja yang ia mau. rahasia hanya bicara kepada rahasia. meledak mimpi itu. serpihnya menghambur ke semua penjuru.beberapa menancap di dada. jerit itu tak perlu nyanyian. bukankah kau telah tetapkan. peta jalan rahasia. tanda-tanda yang tak mudah dibaca. walau ada pelita. jangan mudah percaya.bila tersesat. siulkan satu nada. kau kehilangan keteguhan. pohon yang meninggi itu beranting banyak. namun satu ekor burung pun tak berani singgah.
rum mengurai ingatan. sajak itu sajak cinta. percakapan-percakapan itu adalah ajakan.peta itu menyesatkan. bimbanglah hati; aku tak miliki kuasa. kukisahkan kepada kekasihku tentang mimpi yang menggetarkan. sorak sorai membuat jantung berdetak. aku merasa di atas angin. pohon itu pastilah tumbang. gerimis yang khianati pandangan. membiarkan satu cabang tumbuh. hatiku digayuti kerinduan yang asing. berkali kutebas. sampai ia katakan; semua mimpi meledaklah! bangunlah kisah, biarkan menjadi dongeng.
nyanyikan lagu itu. Segera nyanyikan
sebelum guntur berganti petir
jangan kilat sempat silaukan lelapmu
ia tak terduga.jemarinya menjentikan satu sisa akar di hatimu. kelak tumbuh walau keangkuhanmu akan mengatakan; kau tak rindukan ia. tetap tumbuh ia. walau semua percakapan terhenti. putaran ingatan telah disisipi kehangatan yang tak mudah kau pahami.
nyanyikan segera. sebelum meledak semua mimpi.
rum mendesah. menyongsong serpih ledakan.lesatan menancap didadanya. jerit sedih burung-burung membisukan malam. kisah apa yang mesti kau dongengkan. peta itu menyesatkan. tak akan membuktikan; kau dan ia pernah miliki percakapan. rum mendesah. memilih bisu. pijar terakhir di langit meratap. memanggil gerimis. rum diam saat langit dijarah! satu ranting itu patah, melesak memasuki dadanya. saat rum ingin menepis. hatinya telah patah….
(batu bulan, cok sawitri, 2009)
No comments:
Post a Comment