pernah kutulis di angin
sajak cinta untukmu
hujan mengaburkan, matahari menghanguskan
namun abunya pastilah sampai di hatimu
pernah airmataku menetes tanpa alasan
memerihkan ingatan
seperti menghadapi kematian
hampa demikian dada
kukira-kira engkau seperti yang kupikirkan
gamang menegakan diri dalam keriuhan hari
antara tepuk tangan dan tawa riang
semoga abu itu membuat nafasmu tersendak
pernah aku menuliskan kepada angin
agar abu itu dikibas
dibuang jauh kemana saja
saat kuyakin; tak ada lagi waktu memberiku
kesempatan.
Ini bukan hariku
menuliskan sajak cinta untukmu
sebab hujan dan matahari tak lagi bersekutu
(ubud, hari kedua, cok sawitri)
No comments:
Post a Comment