isengku,
sekapur sirih
telah meminang senyum manismu
jadi pakis pagi hari
dalam rimba anganku.
angin yang cemburukah
atau matahari yang risau
"hati-hati tak ada hati yang tak jatuh di sini,"
bisikan itu melajulah jauh ke hati
membuatmu guncang saat bertukar tatap denganku
ah, dengan nakal kusimpan kerlip matamu
berkediplah bintang di dadamu
"jernihkan pikiranmu, jernihkan…"
sebelum hujan turun tak dimusimnya
isengku,
O, embun telah kering dari jemari
cuaca yang membuat daun-daun menari
memahat di bola mata
entah darimana rasa iba tiba
kupandang matamu, lagi, lagi dan lagi
kutandai dalam kerjap
bayangku telah menyemakbelukar
di matamu yang tak berkedip
hampir kusentuh jarimu
agar meledak bintang di dada
duhai, keluhmu kudengar sayup dalam gumam
"tak ada hati yang tak jatuh… di sini"
walau berhilir mudik kaki-kaki
suara-suara kilat blitz kemataku
dengan nakal
satu bintang melesak jauh ke hatimu
jadilah mimpi, o gadis yang menegak seakan tak kenal lenguh
pastikan iseng itu menyemakbelukar setiap hari
kuizinkan kau pangkas dalam kelu, tiap hari
"haruskah jatuh hatimu, pagi ini…"
o, nakalnya anganku
telah membuat buta langkahmu
serupa embun menjelang siang
dengan tawa tertahan
dijemari hatimu jatuh
"tak ada hati yang tak jatuh di sini!"
dengan nakal telah kusimpan kerlip matamu
(ubud, hari ketiga, cok sawitri 2009)
sekapur sirih
telah meminang senyum manismu
jadi pakis pagi hari
dalam rimba anganku.
angin yang cemburukah
atau matahari yang risau
"hati-hati tak ada hati yang tak jatuh di sini,"
bisikan itu melajulah jauh ke hati
membuatmu guncang saat bertukar tatap denganku
ah, dengan nakal kusimpan kerlip matamu
berkediplah bintang di dadamu
"jernihkan pikiranmu, jernihkan…"
sebelum hujan turun tak dimusimnya
isengku,
O, embun telah kering dari jemari
cuaca yang membuat daun-daun menari
memahat di bola mata
entah darimana rasa iba tiba
kupandang matamu, lagi, lagi dan lagi
kutandai dalam kerjap
bayangku telah menyemakbelukar
di matamu yang tak berkedip
hampir kusentuh jarimu
agar meledak bintang di dada
duhai, keluhmu kudengar sayup dalam gumam
"tak ada hati yang tak jatuh… di sini"
walau berhilir mudik kaki-kaki
suara-suara kilat blitz kemataku
dengan nakal
satu bintang melesak jauh ke hatimu
jadilah mimpi, o gadis yang menegak seakan tak kenal lenguh
pastikan iseng itu menyemakbelukar setiap hari
kuizinkan kau pangkas dalam kelu, tiap hari
"haruskah jatuh hatimu, pagi ini…"
o, nakalnya anganku
telah membuat buta langkahmu
serupa embun menjelang siang
dengan tawa tertahan
dijemari hatimu jatuh
"tak ada hati yang tak jatuh di sini!"
dengan nakal telah kusimpan kerlip matamu
(ubud, hari ketiga, cok sawitri 2009)
No comments:
Post a Comment