Melempar Handuk Dengan Denging Serangga

denging itu bukan serangga yang kasmaran, tapi kegeraman yang tak dapat ditindas dari pikiran. orang kalah itu, menyakitkan dan melelahkan. Walau berkali-kali kalah, tetap tidak ada orang yang terlatih untuk kalah. Malam tak mengijinkan cecak berdecak, sebab tak ada yang mesti dikomentari. tapi siapakah yang menang, malam memang lebih kelam dalam hal ini, dengan berjingkat namun pasti menghembuskan gelapnya walau seluruh lampu menyala terang, tak ada yang menang. Ini hanya onani atau masturbasi saja. biarkanlah. di puncak lelah mereka pun akan alami, perasaan yang sama. soal waktu, soal giliran. Tapi denging serangga itu berdalil lain, pikiran melompat ke sana ke mari, mulai berputar-putar, rasa mual telah membuat seluruh jantung berdebar sakit. apakah ini semacam pelatih tinju melempar handuk? atau semacam adu ayam tanpa taji, sampai dipatuk habis pun semua seolah lupa; pada bagian yang menyakitkan itu. denging itu! denging itu!
Yah, malam menyerahkan kepada rasa kantuk, mungkin tidur akan melemaskan ketegangan atau mulai berpikir masa bodoh,biarkan saja mereka demikian; merasa menang, besok satu per satu akan mengeluh, mencaci, menggerutu, tidak puas, dan saat itu ditontoni saja seperti nonton bulan purnama, siapa yang pucat, siapa yang tertutup awan, siapa yang pula yang merasa senyap dan tersingkirkan. Pasti mirip perasaan itu, miriplah demikian.
denging serangga itu makin mengeras, malam berusaha membujuk untuk lelap, namun tetap seringai lain bermain di kepala, seperti kayu kering tinggal menunggu percik api. Pasti jadi denging ribuan serangga, yang akan menutup wajah bulan, menutup langit malam, membungkam semua senyuman. Kali ini cecak tak mau diam, berdecak dalam kengerian.

No comments:

Post a Comment