kita tak tahu, berapa banyak orang yang alami hal ini; gejalanya tak kasat mata. tiba-tiba hati merasa risau, seperti ada yang menyusup di antara sela jantung dan hati. Ini mungkin namanya sembilu. tapi orang yang mengalami serangan 'risau' ini sering jatuh dalam kebingungan, sebab munculnya tiba-tiba, seringkali ditengah kesibukan kerja atau disaat dalam kondisi fokus mengerjakan sesuatu. Lalu trap! risau itu pun muncul, menjelma menjadi sembilu. seperti ada yang menyedot isi dada dalam tarikan nafas yang kuat,"Susah saya jelaskan!" keluh seorang teman, melalui telpon kemarin malam,"Aku takutnya, ada yang menelepatiku...Siapa yah.." keluhnya lagi dengan suara tersendat.
Sebagai teman, tentu saya tak tahu banyak keadaannya,"Mungkin kamu lelah.." saya berusaha mengajaknya relaks, jadi ingat gaya sepupu saya yang seorang dokter kalau menenangkan pasien via telpon,"Cobalah tarik nafas, minum segelas teh hangat..."
"Aku sudah sering alami....duh....aku ga ngerti kenapa, aku itu rajin medical chek up, setiap tahun liburan dan pekerjaanku okey...tak ada masalah...please, tolonglah. Kamu mesti mengecek aku dari jarak jauh. Apakah ada yang menelepatiku..?" suara itu beruntun, cepat, tegas, membuat saya tertegun. Mengecek dari jauh. Bagaimana bisa? Tapi baiklah, ini jam di tangan saya menunjukan arah jarum setengah satu malam. Kalau saya tidak memberi penjelasan apapun, teman saya ini akan membuat saya tidak akan tidur sampai pagi.Pasti akan bolak-balik menelpon.
"Ikuti petunjukku..." akhirnya saya harus membuat keputusan,"baringkan badan, relaks, tarik nafas dan jangan nafasmu di tahan....relaks....aku cek selama kamu relaksasi yah....nanti kamu boleh menelpon setelah merasa nyaman atau kalau tertidur, boleh besok...yah.."
Saya meletakan hp, menyalakan rokok. Mengerutkan kening. Berapa banyak orang mengalami hal seperti teman saya? merasa tiba-tiba ada yang menelepati? seperti ada yang menyedot seluruh isi dada? sesak yang aneh, itu sembilu namanya.
Ah, saya mesti berusaha untuk menduga-duga, apa sebabnya. Sebab sebentar lagi, dia pasti akan menelpon. Benar. Tak lama hp saya menyala, suara teman saya itu terdengar agak ringan,"Agak mendingan...terima kasih..."
Saya senyum dan tanpa sadar menarik nafas lega. Dan berharap, dia segera mengantuk dan mengucapkan selamat tidur. Tapi harapan itu pupus,"Tahu ga...aku ini amat terganggu, seringkali aku alami hal ini. Ga jelas...siapa yang hendak menyedot isi hatiku..."
Saya nyengir, tanpa takut dia tahu, saya nyengir karena harus memasang head seat agar bisa mendengar keluhannya,"Apakah mantanku yah dia ingat aku? atau siapa yah..?"
Sembilu itu mungkin pemicunya rasa rindu di bawah ambang sadar,"Tapi bukannya kamu sudah punya pacar..?" saya menyela sambil mengisap rokok. Lalu suara teman saya itu terdengar mengandung tawa,"Iya. tentu. aku punya pacar...dia baik, sayang ama aku...tapi kenapa aku kok sering seperti ada yang menelepati.."
"Mungkin penggemarmu..."
"Ah, ga ah..."
"Mungkin...."
Serba mungkin. Saya harus membiarkan dia bercerita sendiri,tapi pasti tak akan dia cerita apa-apa. hampir semua yang mengalami sembilu, adalah proses yang secara rasional meminta pikirannya menindas ingatan akan suatu peristiwa; campuran rasa bersalah dan ingin dekat, bisa juga benci, ragu dan merasa tak memerlukan: ini ciri-ciri orang tertutup. Lalu karena keinginan menjaga kesehatan, menenangkan pikiran, akhirnya penguatan mentalnya dengan berbagai kegiatan dari meditasi sampai membaca berbagai buku metafisis. Mungkin juga bermain tarot dsbnya. Percaya ada pintu yang akan dapat dibuka untuk mengkontak semua pintu jiwa, lalu menyambungnya dengan fokus pikiran.
"tuh...terasa lagiiii..." keluhnya dengan suara risau, "kamu mesti menolongku...tolonglah aku..."
Saya nyengir lagi, sebab tak tahu mesti menolong dengan apa. Saya juga tak tega untuk mengatakan, bahwa dia mengalami 'benteng runtuh' lapisan-lapisan penutup hatinya telah penuh, maka ingatan yang paling kharismatik, dari sosok seseorang, entah siapa, yang mungkin dia tempatkan sebagai orang yang tidak berarti apa-apa tengah bangkit diantara banyak titik-titik ingatan yang ditimbuninya dengan sikap yang tenang, damai, mungkin tegar. Tak akan ada yang menyangka, bukankah dia selalu hidup teratur dengan pacar yang setia, liburan, hidup sehat dan indah (?). Tapi kini kenapa dia panik oleh perasaan tengah ada yang menelepati?
"Hayo, relaksasilah....pikiran siapa saja yang melintas saat kamu mulai relaks, fokus, panggil dia dalam hati, dengan cara itu kita melacak...aku bantu yah..."
Lalu dia menutup hpnya. saya kembali mengisap rokok, kembali menulis. dan berharap dia tidak terjaga, semoga tidur. Dan suatu hari nanti bila ada waktu, saya akan menemuinya, lalu berkata sederhana,"Katakan apa adanya, kepada siapa kamu sebenarnya tengah rindu...tak perlu memikirkan akibatnya, itu obat melawan telepati itu..."
Hp saya menyala lagi. Saya melihat jarum jam, hampir jam dua. Saya menarik nafas. memandangi layar hp saya yang menyala. Tidurlah. tidurlah, temanku. Tidurlah....biarkan sembilu itu jadi mimpi. siapapun orangnya, biarkan jadi mimpi.
Sebagai teman, tentu saya tak tahu banyak keadaannya,"Mungkin kamu lelah.." saya berusaha mengajaknya relaks, jadi ingat gaya sepupu saya yang seorang dokter kalau menenangkan pasien via telpon,"Cobalah tarik nafas, minum segelas teh hangat..."
"Aku sudah sering alami....duh....aku ga ngerti kenapa, aku itu rajin medical chek up, setiap tahun liburan dan pekerjaanku okey...tak ada masalah...please, tolonglah. Kamu mesti mengecek aku dari jarak jauh. Apakah ada yang menelepatiku..?" suara itu beruntun, cepat, tegas, membuat saya tertegun. Mengecek dari jauh. Bagaimana bisa? Tapi baiklah, ini jam di tangan saya menunjukan arah jarum setengah satu malam. Kalau saya tidak memberi penjelasan apapun, teman saya ini akan membuat saya tidak akan tidur sampai pagi.Pasti akan bolak-balik menelpon.
"Ikuti petunjukku..." akhirnya saya harus membuat keputusan,"baringkan badan, relaks, tarik nafas dan jangan nafasmu di tahan....relaks....aku cek selama kamu relaksasi yah....nanti kamu boleh menelpon setelah merasa nyaman atau kalau tertidur, boleh besok...yah.."
Saya meletakan hp, menyalakan rokok. Mengerutkan kening. Berapa banyak orang mengalami hal seperti teman saya? merasa tiba-tiba ada yang menelepati? seperti ada yang menyedot seluruh isi dada? sesak yang aneh, itu sembilu namanya.
Ah, saya mesti berusaha untuk menduga-duga, apa sebabnya. Sebab sebentar lagi, dia pasti akan menelpon. Benar. Tak lama hp saya menyala, suara teman saya itu terdengar agak ringan,"Agak mendingan...terima kasih..."
Saya senyum dan tanpa sadar menarik nafas lega. Dan berharap, dia segera mengantuk dan mengucapkan selamat tidur. Tapi harapan itu pupus,"Tahu ga...aku ini amat terganggu, seringkali aku alami hal ini. Ga jelas...siapa yang hendak menyedot isi hatiku..."
Saya nyengir, tanpa takut dia tahu, saya nyengir karena harus memasang head seat agar bisa mendengar keluhannya,"Apakah mantanku yah dia ingat aku? atau siapa yah..?"
Sembilu itu mungkin pemicunya rasa rindu di bawah ambang sadar,"Tapi bukannya kamu sudah punya pacar..?" saya menyela sambil mengisap rokok. Lalu suara teman saya itu terdengar mengandung tawa,"Iya. tentu. aku punya pacar...dia baik, sayang ama aku...tapi kenapa aku kok sering seperti ada yang menelepati.."
"Mungkin penggemarmu..."
"Ah, ga ah..."
"Mungkin...."
Serba mungkin. Saya harus membiarkan dia bercerita sendiri,tapi pasti tak akan dia cerita apa-apa. hampir semua yang mengalami sembilu, adalah proses yang secara rasional meminta pikirannya menindas ingatan akan suatu peristiwa; campuran rasa bersalah dan ingin dekat, bisa juga benci, ragu dan merasa tak memerlukan: ini ciri-ciri orang tertutup. Lalu karena keinginan menjaga kesehatan, menenangkan pikiran, akhirnya penguatan mentalnya dengan berbagai kegiatan dari meditasi sampai membaca berbagai buku metafisis. Mungkin juga bermain tarot dsbnya. Percaya ada pintu yang akan dapat dibuka untuk mengkontak semua pintu jiwa, lalu menyambungnya dengan fokus pikiran.
"tuh...terasa lagiiii..." keluhnya dengan suara risau, "kamu mesti menolongku...tolonglah aku..."
Saya nyengir lagi, sebab tak tahu mesti menolong dengan apa. Saya juga tak tega untuk mengatakan, bahwa dia mengalami 'benteng runtuh' lapisan-lapisan penutup hatinya telah penuh, maka ingatan yang paling kharismatik, dari sosok seseorang, entah siapa, yang mungkin dia tempatkan sebagai orang yang tidak berarti apa-apa tengah bangkit diantara banyak titik-titik ingatan yang ditimbuninya dengan sikap yang tenang, damai, mungkin tegar. Tak akan ada yang menyangka, bukankah dia selalu hidup teratur dengan pacar yang setia, liburan, hidup sehat dan indah (?). Tapi kini kenapa dia panik oleh perasaan tengah ada yang menelepati?
"Hayo, relaksasilah....pikiran siapa saja yang melintas saat kamu mulai relaks, fokus, panggil dia dalam hati, dengan cara itu kita melacak...aku bantu yah..."
Lalu dia menutup hpnya. saya kembali mengisap rokok, kembali menulis. dan berharap dia tidak terjaga, semoga tidur. Dan suatu hari nanti bila ada waktu, saya akan menemuinya, lalu berkata sederhana,"Katakan apa adanya, kepada siapa kamu sebenarnya tengah rindu...tak perlu memikirkan akibatnya, itu obat melawan telepati itu..."
Hp saya menyala lagi. Saya melihat jarum jam, hampir jam dua. Saya menarik nafas. memandangi layar hp saya yang menyala. Tidurlah. tidurlah, temanku. Tidurlah....biarkan sembilu itu jadi mimpi. siapapun orangnya, biarkan jadi mimpi.
No comments:
Post a Comment