keberuntunga saya, beberapa tahun lalu, ditemani uni eci (yessy sakti), putri Gusmiati Suid adalah berkunjung ke pagar ruyung, dan bertemu dengan sang guru, guru silat kumanggo yang melahirkan banyak juara silat dunia. sang guru yang tinggal di tengah ladang tebu, bambu dan beraneka pohonan; saya masih ingat, jalan menuju rumahnya jalan tanah ditumbuhi rumputan juga di teras rumahnya seekor anjing pemburu menyalak saat kami memasuki rumahnya; rumah yang sederhana, rumah seorang guru besar, lampu pijar yang muram dan korden pembatas antara ruang tamu dengan ruang tengah....
lalu dia sungguh sang guru, yang tahu persis apa yang diperlukan seorang murid, dia tahu, saya tidak akan tertarik gerakan silat atau belajar bersilat, maka dia ajarkan pada saya tentang prinsip yang mendasari, menjiwai gerakan silat itu: huruf suci, katanya, huruf alif!...saya tersenyum saat saya jelaskan tentang tubuh dalam huruf, yang ada juga dalam ajaran tantrayana. Lalu kami berdua terlibat percakapan yang sangat intens soal huruf dalam tubuh. Bagaimana hubungan gerakan dengan angin, juga bagaimana caranya meringankan hati, bukan meringankan tubuh....
saya ingat benar wajahnya, wajah tembaga yang bermata dalam, sangat sederhana, mengingatkan mengenai surau, proses pendidikan untuk jiwa, tata krama, tentang integritas...duhai, mestinya menteri pendidikan indonesia ketemu dia: dia guru silat, tapi tidak mengajarkan menjadi juara, namun justru yang dia ajarkan ilmu surat...
guru, saya tahu, di FB ini cuma beberapa yang mengenal anda. tapi ijinkan saya mengenang anda dengan rasa hormat yang luar biasa, akan saya selalu ingat: berjalan jitjit itu, jatuhlah sebagai kucing...lenturlah sebagai rotan......huruf ditubuh itu; bacalah.
selamat jalan, guru.
lalu dia sungguh sang guru, yang tahu persis apa yang diperlukan seorang murid, dia tahu, saya tidak akan tertarik gerakan silat atau belajar bersilat, maka dia ajarkan pada saya tentang prinsip yang mendasari, menjiwai gerakan silat itu: huruf suci, katanya, huruf alif!...saya tersenyum saat saya jelaskan tentang tubuh dalam huruf, yang ada juga dalam ajaran tantrayana. Lalu kami berdua terlibat percakapan yang sangat intens soal huruf dalam tubuh. Bagaimana hubungan gerakan dengan angin, juga bagaimana caranya meringankan hati, bukan meringankan tubuh....
saya ingat benar wajahnya, wajah tembaga yang bermata dalam, sangat sederhana, mengingatkan mengenai surau, proses pendidikan untuk jiwa, tata krama, tentang integritas...duhai, mestinya menteri pendidikan indonesia ketemu dia: dia guru silat, tapi tidak mengajarkan menjadi juara, namun justru yang dia ajarkan ilmu surat...
guru, saya tahu, di FB ini cuma beberapa yang mengenal anda. tapi ijinkan saya mengenang anda dengan rasa hormat yang luar biasa, akan saya selalu ingat: berjalan jitjit itu, jatuhlah sebagai kucing...lenturlah sebagai rotan......huruf ditubuh itu; bacalah.
selamat jalan, guru.
No comments:
Post a Comment