entah. kenapa wajah bulan saat sabit di langit jakarta jadi tegas dan terang. wajahmu juga serentak demikian benderang dalam ingatan. segelas red wine ditangan membawa ke masa lalu. memandangmu dari dekat, dalam diam, engkau selalu bersemangat untuk membuatku nyaman.berusaha dengan kerikuhan untuk membuatku merasa dekat. menawarkan makanan kecil, mereweli asap rokok, juga kadang duduk dekat seolah membiarkan semua orang melihat, engkau dekat denganku. Tapi jauh dalam hati, saat itu aku risau, seperti bulan sabit yang kelak akan utuh menjadi bulatan.
Tak mungkin hari akan menahan kejadian sang bulan memenuhi dirinya. Aku pun tahu itu, suatu ketika engkau, pacarmu dan yang lainnya, akan tahu kemana hati perginya menerawang, membiarkan diam dan ketidakperdulian seolah jemu, berjarak, beku, membangun wajahnya yang mengasingkan, membuatmu kuncup dengan segala pertanyaan. hingga kemudian segelas red wine tumpah ke kolam. Membentuk sabit yang mendarahi ingatan...
Tak mungkin hari akan menahan kejadian sang bulan memenuhi dirinya. Aku pun tahu itu, suatu ketika engkau, pacarmu dan yang lainnya, akan tahu kemana hati perginya menerawang, membiarkan diam dan ketidakperdulian seolah jemu, berjarak, beku, membangun wajahnya yang mengasingkan, membuatmu kuncup dengan segala pertanyaan. hingga kemudian segelas red wine tumpah ke kolam. Membentuk sabit yang mendarahi ingatan...
No comments:
Post a Comment