Dimana Kan Kusimpan Harum Yang Engkau Tinggalkan?



kutangkap setangkup harum melati
pasar pagi menjala riuh, jejalan orang bersisian
dimana kan kusimpan denyar aroma menghambur
embun bergulir di helai rambut
sengajakah kau
sadarkah kau
harum yang tertinggal di lorong lembab
dimana akan kusimpan?
maka kegilaaan rasuki kepala
helai demi helai sayuran mekar wajahmu
buah-buah memamerkan senyuman
tahu  tempe menjelma jemarimu
yang kutangkap
hamburan aroma melati kau tinggalkan
hingga tak sempat kusapa; apa kabarmu
masihkah dukacita bergelombang di sorot mata
pernah, keisengan ajarkan kesabaran pada telinga
keluh kesah seperti kucuran air
meluap hingga tenggelamkan kita
pernah, akal sehat mengangsurkan sapu tangan
hapus airmatamu
hingga terhapus pula dukacitamu
jatuh berkubang dalam tawa ketidakpedulian
pecah kemudian isak pedih
lagi lagi dan lagi semburan keluh
meruap hingga tersengal udara dalam nafas
kini, kutangkap aroma melati
menarik seluruh ingatan asing
membuatku rela terhimpit  dilorong pasar pagi
menangkup dalam lambaian
'semoga engkau baik-baik'
embun masih bergulir didahimu
kemarau tak akan jemu keringkan airmata
keriuhan telah menjelma menjadi engkau
menujumku dalam diam
mendesis tanya
dimana kan kusimpan harum yang kau tinggalkan?

(SERI PUISI CINTA, batanghari, 9 november 2015, cok sawitri)

No comments:

Post a Comment