SUNYA NIRVANA Telah Menari Dihadapan SANG GURU (para PEDANDE BUDHA di budhakeling)


Akhirnya, drama tari Percakapan Sunya Nirvana ini pentas di desa Budhakeling (19 Oktober 2010), Karangasem Bali, di griya jelantik, di rumah kaum brahmana budha bali, yang sejak lama dikenal sebagai brahmana yang menguasai berbagai keahlian seni. Dari ngewayang, gambuh, ngarja, prembon, nopeng, juga memainkan alat musik dari gender hingga cungklik. Kaum budha di Bali ini memang berbeda dengan 'gaya' budha-budha di daerah di Indonesia begitu pula di belahan dunia yang lain; mereka dari garis Mahayana namun berbasis bajrayana pada tekanan tantrayana; lebih suka menyebutnya dengan mantranaya; disinilah, kakawin Sutasoma biasa dibacakan dan menjadi rajapustaka; para pewaris semangat Mpu Tantular ini kini berkembang menjadi komunitas yang cukup banyak; walau banyak dari keturunan Budhakeling ini berpindah ke luar desa; entah dalam kerangka tugas spiritual, entah juga karena tuntutan perubahan zaman. Mereka itu memiliki silsilsah sejarah yang bermula dari Dang Hyang Astapaka: pendeta budha yang datang ke bali atas undangan Dalem Waturenggong di gelgel dalam rangka menyelesaikan suatu upacara. Itulah awalnya, Dang hyang astapaka memulai puja tapanya di budhakeling dan kemudian mewariskan tradisi tak hanya spiritual namun tradisi berkesenian.

Mengenali Secara Sepintas MAGURU SISIA dalam Tradisi SIWA BUDHA di Bali (1)


Dalam tradisi hindu di Bali ada yang disebut sang sulinggih (ida pedande), mereka (dia) yang telah melewati upacara madwijati  (masuci,madiksa,mabersih, mapeningan, atau juga ada yang menyebut dengan mapodgala). Mereka itu yang berkeinginan menjadi sang sulinggih telah menyiapkan dirinya secara sekala dan niskala. Sang sisia, setelah memantapkan dirinya bersiap untuk berkosentrasi mempelajari ajaran suci.

Nanti di 19 Oktober; BUDHAKELING dalam Percakapan SUNYA NIRVANA


Bagi saya, desa Budhakeling begitu dekat di hati; sejak kecil saya tahu, secara spiritual, keluarga saya 'masurya ke para pendeta budha'. Masa kanak saya pun banyak berhubungan dengan keluarga brahmana budha di Budhakeling. Di setiap upacara keluarga, selalu saya akan bertemu dengan mereka; hubungan yang dekat, hampir tanpa batasan, mirip hubungan keluarga.

Catatan Percakapan Sunya Nirvana: Ah, apa hubungan Panji dengan Sutasoma? (3)


Ah, apa hubungan panji dengan Sutasoma? Pertanyaan ini muncul dari kenakalan saya. Sebab tidak ada yang menanyakan kepada saya soal ini. Dan saya tahu darimanapun pertanyaannya, akhirnya harus saya jelaskan, mengapa pola gerak panji bisa klop dengan kisah Sutasoma.

Catatan Proses Drama Tari Percakapan Sunya Nirvana (2)


Dari PUYUNG ke ASIBAK (setengah)

Tiga minggu pertama, proses pelatihan Drama tari Percakapan Sunya Nirvana ini mulai membuat saya terdesak oleh kenyataan; pilihan untuk melibatkan remaja yang belum bisa menari; (alasannya agar proses penularan  pola gerak panji tidak tercampuri  oleh 'kemampuan' menari yang kini berkembang jauh dari pelatihan dasar): untuk jatuh risau: apakah mereka akan sanggup melewati fase latihan dasar ini?

Catatan Proses Percakapan Sunya Nirvana (1)


Puyung

Setiap kali mendengar kisah panji, bayangan yang akrab dalam ingatan masyarakat Bali adalah kisah-kisah yang dipentaskan dalam pentas drama gong; kisah yang berkisar tentang sang pahlawan (Inu Kertapati) yang 'tersesat jalan' disaat mencari cintanya yang sejati (Galuh Daha); Peran Protagonis, antagonis, dsbnya hadir begitu jelas dalam pementasan drama gong, biasanya, berakhir happy ending. Dalam tradisi teks, kisah panji yang paling diagungkan bertitel Panji Malat Rasmi; dimainkan dalam palegongan kemudian dalam drama tari Gambuh; pengkisahan kerajaan-kerajaan yang iidentifikasikan sebagai padmawilatika (para penguasa majapahit); dengan pola struktur kekuasaan antara posisi Daha dan Kahuripan yang lebih dimuliakan, menyusul para sepupu Gegelang, pajarakan,Mataum dsbnya. Kisah Panji yang menyusup dalam Gambuh telah melahirkan pola gerak panji, demikian pula dalam drama gong maupun karakter lainnya dalam pementasan lainnya: Panji dari teks menginspirasi 'kecirian' karakater panji dari sifat hingga tata cara berbusana. Tampilan Panji selalu 'dibedakan'. Menggugah sekali bagaimana teks ini menyetir proses pembayangan penjelmaan panji dalam pemanggungan.