Kaukah gadis yang tinggalkan airmata di bahuku
bikin semua gerimis hilang akal
tak sanggup menghapus;
harum itu milikmu
memahat di hamparan sunyi
sesekali menjelma mimpi
taman warna yang pedih
tiap tangismu mekar di lamunan
ah, di sini,
tak ada cinta abadi
aku pengecut untuk bertahan
bersetia untuk satu hati
duhai, sejak kali pertama
kujelaskan lewat sajak
"hidupku untuk semua hati"
kaukah tinggalkan ikat rambut
di sela buku-buku ingatan
bikin aku jadi pandir
hilang akal
menghirup udara sepi
sepi
ahai! kaukah yang jatuhkan airmatamu di bahuku?
maafkan, aku ini tak bernyali
hingga berkali memintamu pergi
ah, di sini cinta memang tak abadi
mestinya kumohon dengan berani
hayolah, bertahan sabar dalam gundah
hingga cinta menjadi lelah
hingga hati menjadi gundah
lalu harummu itu
meruap keseluruh pori
bikin aku tak sanggup lupa
pada bening yang menyurupkan pejam
jatuh dikedalaman sepi
jadi nisan keperihan hati
(batu bulan, cok sawitri, 2009)
bikin semua gerimis hilang akal
tak sanggup menghapus;
harum itu milikmu
memahat di hamparan sunyi
sesekali menjelma mimpi
taman warna yang pedih
tiap tangismu mekar di lamunan
ah, di sini,
tak ada cinta abadi
aku pengecut untuk bertahan
bersetia untuk satu hati
duhai, sejak kali pertama
kujelaskan lewat sajak
"hidupku untuk semua hati"
kaukah tinggalkan ikat rambut
di sela buku-buku ingatan
bikin aku jadi pandir
hilang akal
menghirup udara sepi
sepi
ahai! kaukah yang jatuhkan airmatamu di bahuku?
maafkan, aku ini tak bernyali
hingga berkali memintamu pergi
ah, di sini cinta memang tak abadi
mestinya kumohon dengan berani
hayolah, bertahan sabar dalam gundah
hingga cinta menjadi lelah
hingga hati menjadi gundah
lalu harummu itu
meruap keseluruh pori
bikin aku tak sanggup lupa
pada bening yang menyurupkan pejam
jatuh dikedalaman sepi
jadi nisan keperihan hati
(batu bulan, cok sawitri, 2009)
No comments:
Post a Comment