Suatu Waktu Mengenangmu
kaukah yang melintas
desau angin dalam keriuhan jalan
ingatkan aku pada satu menu:
udang dililit bacon, roti dibalut butter
matamu lembut berkerjap:
menepuk punggung tangan
kopi dengan rasa asing di lidah
ah, perapian di seberangku duduk
menceburkan ingatan ke lamunan
asap itu tenggelam aku!
malam-malam pernah berbaring beratap ilalang kering
mengejar jarak ubud-denpasar-airport
cerita menjadi kata-kata beku, kini
hampir tengah malam
beberapa toko menunda langkah
baju hangat, kemeja dan topi
memanjangkan hari jalan di sisimu
payung, akar-akar remang dari dinding tanah
memekik dalam diam hati:
mengapa kita berpisah?
kaukah yang memintas
dalam potongan sayur di piring salad
anak-anak itu mengangsurkan tiket
malam senyum, gerimis
kaukah yang melintas
desau angin dalam keriuhan jalan
ingatkan aku pada satu menu:
udang dililit bacon, roti dibalut butter
matamu lembut berkerjap:
menepuk punggung tangan
kopi dengan rasa asing di lidah
ah, perapian di seberangku duduk
menceburkan ingatan ke lamunan
asap itu tenggelam aku!
malam-malam pernah berbaring beratap ilalang kering
mengejar jarak ubud-denpasar-airport
cerita menjadi kata-kata beku, kini
hampir tengah malam
beberapa toko menunda langkah
baju hangat, kemeja dan topi
memanjangkan hari jalan di sisimu
payung, akar-akar remang dari dinding tanah
memekik dalam diam hati:
mengapa kita berpisah?
kaukah yang memintas
dalam potongan sayur di piring salad
anak-anak itu mengangsurkan tiket
malam senyum, gerimis
tipis
turun tepuk tangan di waktu kita menyeberang
memegang lengan kelam, tinggalkan keriuhan
kelam melelahkan hati,
malam menyimpan kenang
jalan-jalan memungut ingatan sepanjang malam
sempat, aku simpan sehelai daun kering
lalu remuk oleh amarahku
riuh tepi jalan, kini
memberiku tempat buat sembunyi
berkali-kali memandangi setapak
diseberang pasar telah berdandan
menyisakan bayang di pohon pohon
berdirilah di sebelahku menukar senyum
lalu kini menjadi sunyi yang pedih
kaukah yang melintas
menyapa dalam desau angin
memurungkan cahaya lampu lampu
mengherani aku: mengapa tak sanggup lupa
kenangan telah uzur, kalender puluhan kali diganti
kaukah yang memintas?
malam-malam ditepi jalan, menegur rahasia hati ucapkan selamat tinggal, kini
yang tak pernah sempat kita ucapkan.
(batubulan, tahun 2015)
turun tepuk tangan di waktu kita menyeberang
memegang lengan kelam, tinggalkan keriuhan
kelam melelahkan hati,
malam menyimpan kenang
jalan-jalan memungut ingatan sepanjang malam
sempat, aku simpan sehelai daun kering
lalu remuk oleh amarahku
riuh tepi jalan, kini
memberiku tempat buat sembunyi
berkali-kali memandangi setapak
diseberang pasar telah berdandan
menyisakan bayang di pohon pohon
berdirilah di sebelahku menukar senyum
lalu kini menjadi sunyi yang pedih
kaukah yang melintas
menyapa dalam desau angin
memurungkan cahaya lampu lampu
mengherani aku: mengapa tak sanggup lupa
kenangan telah uzur, kalender puluhan kali diganti
kaukah yang memintas?
malam-malam ditepi jalan, menegur rahasia hati ucapkan selamat tinggal, kini
yang tak pernah sempat kita ucapkan.
(batubulan, tahun 2015)
No comments:
Post a Comment