src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbgeO6K5JWQNNHFnwjLNRnyOwYN49H3aW5gFoP7fqpxqVK2OeCb8ps4ijJQm5wQIFkwFlkTQTyMEWRbdxOSWKUk6VZvszS4Ju4Zncigllwrf4JoaWo7HYmsACjtYNQXposBTxdbhXrcmU/s320/SEBAB+KAU+HANYA.jpg" width="320">
SEBAB KAU HANYA
Menyapamu dalam diam. Menyebutmu. Dalam diam.
Tak cukup beraniku. Sebab kau hanya
Lintasan-lintasan dalam hati.
Dalam pikiran.
Menganyam risau.
Kau tak tahu. Tak tahu aku
Pernah engkau bayangkan
Ada yang mencintai dalam diam
Tak menyapamu. Tak menemuimu.
Keheningan-keheningan. Hanya sebab kau
Tak pernah menduga. Tak perlu juga
sebab hanya kau
batanghari, 24 oktober 2015)
SEBAB KAU HANYA
Menyapamu dalam diam. Menyebutmu. Dalam diam.
Tak cukup beraniku. Sebab kau hanya
Lintasan-lintasan dalam hati.
Dalam pikiran.
Menganyam risau.
Kau tak tahu. Tak tahu aku
Pernah engkau bayangkan
Ada yang mencintai dalam diam
Tak menyapamu. Tak menemuimu.
Keheningan-keheningan. Hanya sebab kau
Tak pernah menduga. Tak perlu juga
sebab hanya kau
batanghari, 24 oktober 2015)
No comments:
Post a Comment