Biarkan Cinta Meniru Cahaya



cahaya siang lepuhkan sayap  kupu kupu
sudah lama, hutan semak belukar di hati
jelaga-jelaga menggantung diri,
berayun kelam membawa sekotak sedih,
mirip kado di hari ulang tahun

cahaya siang membelah bayangan, tubuhmu bayang,
menembus batang- batang pohon,
tak ada jalan kecil tikungan memutar bagi diri
mengejar lalu bertemu  seolah tak sengaja.
gundah tertutup belukar,  duri-duri mengasah diri
jelaga panjangkan kelam,  menjulur meniru akar-akar
"banyak kali kesempatan mati bagi pertimbangan
hingga basi semua percakapan
hingga masai semua harapan
kerinduan kehilangan kecantikannya
berapa sanggup disimpan pernyataan mulia ini? "

katakanlah: suatu hari dalam gugup
terucap pelahan: aku mencintaimu!
kau berhak tahu, berhak pula menepisnya
seperti angin kepada daun dan debu
namun itu hanya dalam hati
menggantung di tiang angan-angan
cahaya siang meremukan semua jentik di selokan
lumut-lumut menemui akhir musim
beberapa kecebong tersengal diserang panas
nafasku mendekati putus asa
cara apa lagi memancingkan umpan
kolam dangkal di hati hilang penghuni
aku saksikan rindu seperti daun gugur
cinta seperti hilir mudik motor dijalanan
tak satu pun miliki alasan meminta tangan melambai
tumpangkan aku hingga ke tujuan
sekotak sedih kubuka bungkusnya
isinya segala macam pertemuan denganmu
"makan siang, makan malam, jalan-jalan ngobrol di hp, sms-an, bertukar buku, rencana pentas, demo, bergosip..."
sesak benar berhamburan terbang
riuh mengerubuti kepala
seperti nyamuk muda di senja hari
nguingnya cahaya siang lumpuhkan ayunan kelam

entah, pedihkah berayun menghantam kesabaran
ucapanku terasa kental; sudah cukup, biarkan cinta meniru cahaya
dalam kesenyapan hati
aku kehilangan bayanganmu
lepuh cahaya siang, melepuh cahaya di hati
remah sayap kupu kupu jatuh
mengusap pipi
jelaga mengayunkan hati,
saat pasti aku masukan cinta  dalam kotak berpita jelaga

(seri puisi cinta, batanghari, 30 oktober 2015, cok sawitri)

No comments:

Post a Comment