Sahaja Hati

perempuanku
barisan pohon asam melepas nafas angin
jadi juga desau panas menyentuh bola mata, sendatkan nafas
lidah cut sudah kering mencecap
rasa asam sunti dalam gasingan sendok di gulai
tak lagi nampak wajah belimbing buluh yang menghitam
sudah kikis dijerang matahari berhari-hari
atau melarut dalam waktu
melaju lewati pohon-pohon berlari
jadi peninabobok,” suatu hari aku berlari diantara pohon-pohon, sungai dan gunung,
menyimpan rasa asam sunti sebelum desing itu menggelantung di batang belimbing,
barisan kedondong pagar ;cabang bak pedang, menancap
tegak hati menghapus airmata ”

perang istirahat kini, luka merapat dibebat
memarnya seperti lelaki bermain batu, setiap pilihan adalah jalan menutup
ah, usai asal tanam batang, pagar pohon merapat berdiri
segelas kopi melanjutkan permainan batu
“aku sembunyi dalam hati
dalam setiap hirup
membiarkan tak satu pun tahu
hatiku asam sunti dalam larutan bumbu”

perempuanku
tegak berbaris seperti pohon asam melepas desau
ngilu meramu airmatamu
sepanjang tarikan nafas piluku

(cok sawitri, aceh, maret 2008)

No comments:

Post a Comment