MAKAN MEMAKAN....


Kelucuan akan terjadi ketika negara menatakramakan isi perut, dan barangkali kelak negara pun akan mengatur bagaimana cara mengunyah dan menelan makanan. Jam berapa boleh makan apa, jam berapa tidak boleh makan apa. Alasannya sudah barang tentu adalah kenyamanan, kesehatan dan soal 'sorga' bagi para pemakan makanan penghuni negaranya: selintas nampak negara penuh kasih sayang kepada 'umat'nya yang disebut rakyat itu, yang sudah jelas memiliki selera berbeda soal makan memakan, namun 'umat' yang penuh selera itu pastilah akan menyerah ketika dalil tata krama makanan itu disangkutpautkan dengan aturan suci; tata krama menuju sorga. Semua tahu (banyak juga yang pura-pura tidak tahu) : Hampir semua agama memiliki aturan soal makan memakan ini. Dan sudah barang tentu, latar bekalang aturan suci itu dikeluarkan tidak akan menyoal perbedaan musim; yang bersebab-akibat langsung dengan pengalaman pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit. Karena itu ada beda antara keyakinan dengan religius juga spiritual, dan pasti itu akan berbeda pula dengan aturan tata krama negara. Sebab tata krama negara adalah kesepakatan dari berbagai keragaman 'selera', tidak karena 'keyakinan' negara itu dibentuk. Keyakinan selalu berakibat adanya pengikut yang taat dan loyal; kecirian fanatisme, dan lingkungan sosial menguatkannya dengan solidaritas; lama kelamaan itu akan menjadi kebiasaan dan itulah mentradisi; menjadi pengikat. Seolah-olah itulah kesepakatan, tanpa boleh diuji lagi.

ON AIR DI RRI NOVEL SUTASOMA; BESOK JAM 9 PAGI...

SEMETON BALI, BENJANG ( 5 SEPTEMBER 2009) PANTENG RRI PROGRAMA I; FREKUENSI 88.6 FM. NGOBROL SOAL NOVEL SUTASOMA DISAHABAT BALI SRUTI: JAM 09.00-SELESAI. ADA DIALOG INTERAKTIFNYA PULA

RINGKASAN singkat riwayat TARI BARIS TUNGGAL


Sekitar tahun 1989-an saya berkesempatan mewawancarai Pak Oka Sading; salah satu penari jauk manis yang sangat dikagumi masyarakat Bali. Dalam percakapan akhir tanpa sengaja terjadi percakapan mengenai riwayat Tari Baris tunggal, yang awalnya saya sendiri mengira usia tari ini sangat tua, ternyata tari baris pangalembar kadang juga disebut Tari Baris Solo; disusun koreografinya dan dipentaskan pertama kali sekitar tahun 1932-an; tujuan disusunnya tari baris tunggal ini agar tari baris sakral tidak dieksplotasi oleh turis-turis yang mulai berdatangan ke Bali. Jadi, di tahun itu masyarakat Bali telah memulai sebenarnya bagaimana caranya melindungi martabat dan harkat berkesenian dari arus jual-beli yang dimenjiwai tourisme. Waktu itu cara yang dilakukan agar tari-tari sakral tidak dipertunjukan sembarangan maka diciptakan koreografi dari inspirasi dari keberadaan Tari Sakral.

Kemana Malam Mingguan Tanggal 12 September??

Kalau pingin ngobrol, ngobrolin Novel Sutasoma dengan santai dan gaul, ngorte ane pas ortaanne. Yuk, yang diseputaran Denpasar, datang ke Green Waroeng, di Jalan Tantular/ Renon- Denpasar. Yang tiba-tiba merasa perlu melegakan hati Baca puisi atawa memetik gitar: datang aja tanggal 12 September, dari jam 18.30- selesai. malam minggu malam yang panjang... juga FREEE KOPI: KOPI RAIT

Teater Bali di Era Manusia Memangsa Kemanusiaan


Di Bali sejak tahun Çaka 818, teater atau drama telah ada. Tidak sebatas sebagai kegiatan pengisi waktu, namun ditempatkan sebagai profesi, yang mendapatkan perlindungan hukum dari penguasa. Juga nampak drama dan teater telah terorganisir sebagai kelompok yang menerima upah serta juga dapat diduga telah memiliki tradisi kurasi yang berdasarkan track record dan proses kreatif dari penonton dan penguasa.