Batu Ratapan


Cerpen
By Cok Sawitri
BATU RATAPAN

Gadis itu muncul dari bak mandi. Tubuhnya dibalut buih sabun. Barkah tersentak, setengah menggaruk kepalanya menuju toilet, melepas kencingnya dan berpikir, anak buahnya mana ini bikin kejutan? Atau protes?...Tentu saja ini protes, sudah ia tegaskan kepada semua anak buahnya, jangan lagi kalian mengirim perempuan kepadaku, apalagi jika aku berdiam di rumah dinas? Itu bisa menjadi tragedy politik buatku! Tapi manalah anak buahnya takut pada pemberitaan media. Bisa-bisa media yang berani memberitakan pimpinannya dikepruk ramai-ramai.

Barkah mendekati bak mandi, mengulurkan tangan. Gadis itu membuka matanya,mata itu seperti marah. Barkah tersenyum lebar. Perempuan selalu pura-pura tak mau. Barkah meraih perempuan itu, perempuan itu meronta, tubuhnya itu licin disebabkan oleh buih sabun….
Barkah terjaga setengah melonjak otomatis jemarinya meraba kemana-mana; astaga, aku mimpi lagi soal perempuan itu. Istrinya pastilah tidur di kamar sebelah dengan beringsut Barkah bangun, melangkah menuju kamar istrinya. Tapi di tengah langkah kakinya, Barkah memutuskan kembali ke kamar, kembali tidur. Esok ia harus memimpin upacara bendera. Ah, ternyata jauh lebih menyenangkan sebelum menjadi Bupati, pikirnya. Sekarang Barkah harus hati-hati dalam banyak hal. Bagaimanapun semua orang tahu, walau organisasi yang dipimpinnya telah diubah menjadi sebuah ormas, telah didaftar dan dinotariskan, tetaplah semua orang tahu itu organisasi preman.  Dan kenekadan dirinya maju dalam Pilkada membuat dirinya menjadi sorotan dan sindiran, tetapi inilah politik, dimana semua kandidat yang jadi saingannya semuanya pernah dikawalnya; jadi semua record jelek kelakuan mereka ada ditangannya, menjadi senjata ampuh meredam segala taktik yang hendak merusak citra Barkah! Sedang kejelekan dirinya adalah kewajaran, tidaklah mungkin dapat menjadi gertakan…Seorang kepala preman tak akan harus bersilat lidah jika disukan soal perempuan, pokoknya segala macam kejelekan, itu hal lumrah…

Lagi Barkah ingin kencing, kembali ia terhuyung ke kamar mandi, lagi-lagi ada perempuan di bak mandi. Barkah dengan tak peduli mengeluarkan air seninya ke lobang toilet. Lalu menoleh ke bak. Ini perempuan yang lain lagi? Bangsat, anak buahnya sedang keisengan. Dengan kesal ditinggalkannya kamar mandi, kembali ke kamar diraihnya Hp, ditelponnya Brewok, kepala operasional organisasinya,"Wok…Kau minta mati, apa? Masak kau biarkan anak-anak kirim perempuan ke kamar mandi di rumdis?" suara Barkah mengandung ancaman walau diucapkan dengan datar. Dari seberang suara Brewok terdengar menyahut,"Demi tuhan boss, tak ada itu…ah,jangan-jangan anak buah di kantor itu yang mulai menyogok Boss.."

Barkah tersentak. Ini penghinaan, dipikirnya aku akan menerima sogokan mereka ini. Hm. Diantara semua kepala dinas itu, mana yang paling culas? Semua wajah mereka bertopeng. Semua culas. Barkah membaringkan tubuhnya. Memejamkan mata dan kembali lelap.
Esok paginya, teramat pagi Barkah kembali ingin kencing dan kembali ke kamar mandi. Lalu mengatupkan gerahamnya, pastilah ada perempuan lagi di bak. Ternyata tidak! Barkah dengan enteng mengucurkan air seninya dan merasa seketika aneh karena air seninya merembes ke paha.

Ditundukannya kepala, diangkatnya sedikit itu kemaluan. Astaga…Barkah memijatnya, astaga kenapa isinya kosong. Barkah mencubiti lengannya, jangan-jangan mimpi. Lalu ia menghidupkan shower mengguyur tubuhnya saat ia mengusap sabun, hampir tak tahan ia, akhirnya ia menjerit, tentu saja seisi rumah dinas itu tersentak dan para penjaga berhamburan ke dalam. Begitu pula istrinya segera muncul paling dahulu di ambang kamar mandi yang tak tertutup. Barkah menutupi tubuhnya dengan selimut, bibirnya gemetar. Lalu para pengawal itu, Satuan pengaman memunculkan wajah-wajahnya dengan cepat Barkah memberi tanda,"Aku tak apa-apa, pergilah…"

Setelah semua pergi, Barkah menarik tangan istrinya,"Bu, lihatlah…ada keanehan terjadi…"
"keanehan apa.."
"Lihatlah…"
Istri Barkah tersentak setelah memperhatikan kemaluan suaminya, hanya tinggal setumpuk kulit yang meripil seperti tumpukan karet gelang,"isinya kemana? Kau mabuk lagi dan tanpa sadar memotongnya?"
"Tidaak, Bu….cepat carilah diantara toilet dan bak mandi, telpon orang-orang kepercayaanku…semua pengawal suruh siaga di depan…"

Orang-orang kepercayaan Barkah pun berdatangan dengan cepat memeriksa setiap senti dari kamar sampai di semua selipan, entah kemana menggelinding itu isi kemaluan boss mereka. Hingga tiba ajudan dan mengingatkan bahwa upacara Hari Senin akan segera dimulai. Barkah masiha berkalung handuk dan meminta kepada wakilnya untuk mewakilinya memimpin upacara, dengan suara sengau melalui telpon ia menjelaskan dirinya sedang tak enak badan.

Barkah tersedu saat menyadari bahwa isi penisnya memang benar-benar hilang. Tinggal hanya tumpukan kulit daging, mirip dengan tumpukan gelang karet. Istrinya pun ikutan tersedu-sedu, orang-orang kepercayaannya pun tertular ikut menangis tersedu-sedu,"cari dukun yang terbaik, ini pastilah ulah lawan politik, ini pasti ilmu sakti dari seberang…"

"Tenanglah, ini akan teratasi, ingatlah kau Bupati, jika kau kehilangan fokusmu, malah akan jadi tertawaan, hayolah ke kantor…" salah satu orang kepercayaan Barkah mengingatkan. Barkah mengangguk seperti anak kecil, airmatanya masih mengalir deras. Kemurungan dan rasa jerih nampak jelas di wajahnya. Istrinya membantu mengenakan seragam dan menyuapinya makan.

Dukun terbaik yang dikenal oleh orang-orang Barkah datang,
segera dengan seksama memperhatikan seluruh sudut rumah dinas. Lalu meminta salah satu orang menelpon Barkah yang sudah berangkat ke kantor didampingi istrinya. Barkah dengan tersendat menceritakan apa yang menimpanya semalam.

Dukun itu mengerutkan dahinya, segera mematikan telpon, menuju kamar mandi. Orang-orang kepercayaan Barkah mengikuti,"Ini kerjaan roh gentayangan…roh perempuan yang kecewa…"
"benarkah?"
"Bisakah ia dibujuk agar mengembali anunya boss kami?"
"Hm…harus dicari caranya…"

Barkah dengan setengah lemas duduk di kursi biro jabatannya, istrinya hilir mudik disekitarnya.
"Menurut ajudan, beberapa kepala dinasmu juga sakit…"
"Sakit apa?"
"Entahlah…Katanya sakit, kemungkinan rapat hari ini batal…"

Barkah kemudian memanggil sekretarisnya,"mana proposal yang harus kuteken?"
Setumpuk permintaan bantuan, dari organisasi A, Ormas C…..semua disetujui Barkah tanpa banyak tanya. Terserah, nanti Sekda yang mengurus. Jemarinya pelahan meraba selangkangan, masih kempes! Masih Kempes!

Belum jam 12 siang Barkah sudah meninggalkan kantor masih ditemani istrinya. Wajahnya kusut masai dan membuat para pegawainya yakin,"Bapak sakit dan perlu istirahat…"

Tiba di rumah dinas, suasana masih menegangkan, dukun itu masih berdiam di kamar mandi. Barkah menghela nafas, tak berminat ketika makanan dihidangkan, istrinya setengah memaksa,"makanlah, jangan sampai kau sakit sungguhan, semua itu akan teratasi…"
"Tapi Bu…anuku….bisakah kembali?"
"Dokter ahli kita panggil, zaman sudah luarbiasa….jika tak ketemu isi aslinya, kau bisa memakai yang palsu…"

Barkah melengak, wajahnya pucat pasi.

Tetapi hingga sore Dokter ahli itu tak datang, menurut ajudan dan pemberitahuan rumah sakit, suasana rumah sakit sedang gaduh.
"Kenapa?"
Ajudan itu menatap Barkah dengan wajah meriang menahan rasa takut,"Kata Bapak kepala rumah sakit, banyak pasien yang meraung, katanya mereka kehilangan batang penis dan dokter ahlinya juga kena masalah yang sama…"
"apaa?" Barkah terlonjak, meraih telpon dan menelpon ke semua orang yang dikenalnya. Tak ada yang mengangkat. Lalu ditelponnya Sekda, yang menjawab justru istri si Sekda,"Maaf, Pak. Suami saya mendadak sakit, Pak…"
"sakit apa?"
Isak tangis itu terdengar di seberang. Barkah jadi kesal, setengah membentak bertanya, "Sakit apa??"
"batang penisnya hilang…"

Lalu entah kapan mulainya tiba-tiba orang-orang kepercayaan Barkah mulai meraung sambil memegang selangkangannya. Barkah memucat. Dukun itu, Barkah berlari ke kamar mandi, ternyata dukun itu tengah telungkup dengan bahu bergetar menahan tangis,"selangkangan saya pak, hilang isinya…"
Dengan segera, Barkah meminta semua menuju rumah sakit,"Hayolah, ini bencana nasional! Lupakan rasa tak nyaman yang kalian rasakan…ini bencana!!"

Maka iring-iringan mobil Barkah bergerak meninggalkan rumah dinas dan astaga kenapa jalanan menjadi begitu lengang. Barkah menyuruh sopir mempercepat jalannya mobil. Dan mendekati jalan belokan, jalan terdekat menuju rumah sakit, kendaraan Barkah terhenti oleh kemacetan yang luar biasa. Orang-orang dipapah tua, muda, entah oleh anak ataukah istri, melangkah menuju rumah sakit, karena kendaraan tak bisa bergerak lagi, Barkah segera turun. Diikuti oleh orang-orang kepercayaannya. Susah payah akhirnya Barkah mencapai ruang gawat darurat. Ternyata riuh rendah suara raungan terdengar; semua dengan isi raungan yang sama, batang penis mereka telah hilang.

"Maaf, Pak Bupati…semua dokter lelaki terpaksa kami evakuasi, ini penyakit agaknya menular Pak…" Seorang perawat tua menjelaskan kenapa semua pasien ditangani oleh dokter perempuan dan perawat perempuan.

Barkah menelan ludahnya, satu per satu dikenali oleh ia, wajah Sekda, beberapa kepala dinas, lalu wajah beberapa politisi…pengusaha, tokoh agama, pencermah…motivator Barkah ingin meraung, tetapi ia harus menahan diri. Harus!
"Cari informasi apa yang menjadi sebab?" bisik Barkah kepada salah satu orang kepercayaannya.
"Pak, ada informasi, katanya di batas kota ada kejadian aneh, orang-orang sedang bergerak di sana…"
"Kejadian apa lagi?"
"Di sana ditemukan tumpukan batang penis, Pak…"

Barkah memucat wajahnya,’Segera amankan, jangan sampai terjadi rebutan, itu barang rawan, jika rusak tak bisa dipasang lagi…"
Kegaduhan mulai menjangkiti seisi kota. Jalanan mulai memadat, suara klakson terdengar dari berbagai arah. Barkah beruntung, Helikopter rumah sakit segera menerbangkannya ke batas kota dan dari atas ia dapat melihat orang-orang bergerak seperti semut menuju batas kota.
Barkah  akhirnya bisa menjejakkan kakinya di atas tanah, merunduk setengah berlari menuju kerumunan yang sungguh tak diduganya, penyakit aneh itu menjangkiti banyak orang.

"saudara-saudara…kami petugas kepolisian akan mengamankan semua barang bukti ini dan mengirimkannya ke rumah sakit…"
"Tidaaak…." Serempak terdengar sahutan,"tolong dibagikan kepada kami, itu bagian tubuh kami…"
Kericuhan terdengar saat dengan emosi orang-orang mulai merangsek maju. Ajaib angin mendesir, orang-orang seketika terhenti geraknya.

Lalu seperti takjub menatap langit. Barkah pun demikian.
Di langit diantara awan-awan bayang-bayang perempuan di bak mandi itu nampak. Barkah gemetar. Bukankah itu perempuan yang ada di bak mandi dan setengah dipaksanya dibenamkan ke dalam bak buat meladeni hasratnya yang tertantang. Barkah menoleh ke kiri dan ke kanan, semua menampakan wajah ketakutan yang sama. Wajah dosa yang sama..
Lalu semua meraung-raung ke langit. Hujan tiba-tiba turun demikian lebatnya. Lalu tumpukan itu jadi tumpukan batu. Lalu senyap, hanya terdengar isak tangis.

Nah, sejak itu orang-orang di kota itu menyusun kisah tentang hilangnya batang penis dan batu itu setiap tahun diratapi para lelaki…Dan menjadi tujuan wisata hingga kini menjadi penghasil pajak pungutan terbanyak dari semua pos APBD kota itu dan pos itu paling angker, sebab tak ada yang berani mengkorupsinya sebab semua tahu, jika macam-macam…isi selangkangan bisa lenyap, jadi tinggal tumpukan kulit daging, mirip tumpukan karet gelang!

(direvisi dari arsip cerpen saya yang dahulu hilang)

No comments:

Post a Comment